Menyusuri pantai timur laut pulau Bali
dari Denpasar kearah timur, beberapa saat setelah melewati kota Klungkung, Pura
Goa Lawah, obyek pariwisata Candidasa,
menuruni bukit kecil anda akan tiba di Desa Bugbug, sebuah desa
tradisionaldengan berbagai keunikan. Ketika memasuki obyek wisata Candidasa
sebenarnya anda sudah tiba di wilayah Desa Bugbug.
Foto: Kemenkop - pmk |
Keunikan tradisi Desa Bugbug akan
semakin dirasakan ketika anda mengikuti setiap prosesi pelaksanaan upacara
keagamaan. Misalnya ketika pelaksanaan Usaba Gumang, Usaba Manggung, Nyepi
Desa, dan upacara keagamaan lainnya. Pelaksanaan upacara tidak hanya melibatkan
masyarakat pendukung desa adat namun juga dari alam niskala, alam gaib, para
dewata dan dewa dewi pengiring
beliau. Hal ini sangat terasa dengan kehadiran daretan lanang-istri pada setiap kegiatan upacara. Daretan yang dalam keadaan kesurupan
menggambarkan berbagai profil mahluk ciptaan Tuhan pada saat prosesi upacara.
Usaba Gumang dilaksanakan setiap tahun
dengan tingkatan upacara yang berbeda. Pada setiap tahun genap dilakukan
prosesi upacara pada tingkatan utama. Pada tingkatan utama menyertakan 5
desa, mancadesa, yang mempunyai hubungan histotis dengan Desa
Bugbug. Desa-desa yang menyertai prosesi upacara pada usaba gumang tingkatan
utama adalah desa Bebandem, Ngis, Jasri, Datah, dan Bugbug selaku tuan rumah.
Keikutsertaan desa Datah hanya pada saat hari baik yang dikehendaki oleh Ida
Betara berkenaan. Sedangkan pada setiap tahun ganjil dilaksanakan upacara
tingkatan kecil (alit). Usaba Gumang
dilaksanakan oleh masyarakat desa untuk menghormati Ida Betara Gede
Gumang. Beliau telah meletakkan dasar-dasar kehidupan di desa-desa tersebut.
Prosesesi upacara tingkat alit dilaksanakan oleh Desa Bugbug dengan keikutsertaan
desa-desa lainnya pada saat persembahyangan.
Prosesi Usaba Gumang mengambil tempat selain di Desa Bugbug juga dilaksanakan
di puncak Bukit Juru dengan tradisi mabiasa/ngambeng dan mapington yang telah
dilaksanakan secara turun temurun sejak ratusan tahun yang silam.
Nyepi setahun sekali dilaksanakan
secara bersamaan di seluruh Bali. Namun ada beberapa desa adat yang
melaksanakan pula nyepi tersendiri disamping nyepi yang dilaksanakan secara
bersamaan di atas. Nyepi tersebut sering disebut dengan Nyepi Desa. Desa Adat
Bugbug termasuk yang melaksanakan upacara nyepi desa dimaksud. Sehari sebelum
pelaksanaan nyepi desa, selalu dilaksanakan suatu prosesi upacara yang
dilaksanakan oleh masyarakat adat.
Mereka melaksanakan kegiatan berjalan
beriringan baris dua keliling desa (dikenal dengan tradisi manda) yang diikuti
oleh seluruh unsur masyarakat. Dengan semakin banyaknya penduduk desa dalam
pelaksanaanya diwakili oleh para pemangku (pinandita), pemuka masyarakat
(kelihan desa, bandesa adat, kelian banjar adat, prajuru desa, nayaka, dan
komponen desa lainnya), anak-anak yang masih suci, dan remaja (daha-teruna
desa). Mereka membawa sarana upacara (upakara) dan simbol-simbol keagamaan
lainnya (sasurukan, cepetik, dan lain-lain) diiringi alunan gamelan/ gong desa.
Upacara dipusatkan di Pura Baleagung dan Pura Piit untuk menghormati Ida
Betara Agung Mahagumi atau Ida Betara Raja Purana. Beliau
adalah manifestasi Tuhan Penguasa Alam semesta. Keesokan harinya, tepat
pelaksanaan nyepi desa, masyarakat desa melaksanakan tapa brata penyepian dengan
suasana hening.
AWIG-AWIG DESA BUGBUG:
Murdha Citta, Aran lan Wawidangan Desa, Patitis lan Pamikukuh, Sukerta Tata Pakraman, Sukerta Tata Agama, Sukerta Tata Pawongan, Wicara lan Pamidanda, Nguwah-Nguwuhin Awig-Awig - Penutup.